Jangan-jangan Kita Depresi?
Hidup makin berat! Pressure dari sana, pressure dari sini.... Waaaa, digempur terus! Lama-lama jadi.... Sebut aja namanya Neo. Cowok botak berbodi segede gentong, yang lagi deg-degan tiada akhir nunggu hasil UAN. Sejak kelas satu, Neo udah terkenal sebagai trouble maker di sekolah. Rasa pedenya yang sejuta, ditambah sifat jahil yang nggak ada matinya, selalu sukses mengantarkan Neo membuat huru-hara di kelas (kelasnya, juga kelas tetangga). Dan, udah barang tentu sukses pula membuat guru-gurunya naik darah! “Nnngggg..., nggak tau! Gue tiba-tiba aja sering mellow. Kalo malem susah tidur. Terus, badan jadi berasa nggak ada tenaga gitu,” jelas Neo pada beberapa sobatnya. SEDIH, STRES, ATAU.... Buat yang nggak tau, sikon begini kerap dianggap biasa. Dipikirnya, toh setiap orang pasti pernah mengalami hal yang sama. So, sedih itu manusiawi! Padahal.... Rasa sedih pada hakikatnya emang merupakan sebuah emosi yang normal. Rasa sedih adalah respon manusia yang muncul terhadap perpisahan, kekalahan, kekecewaan, ketidakpuasan, atau kemalangan lainnya. Cuma, rasa sedih harusnya hanya bersifat sementara. Rasa sedih biasa akan berangsur-angsur hilang, setelah kita menyadari dan menghargai perlunya rasa senang atau gembira dalam hidup ini. Wah, kalo gitu Neo bukan masuk kategori ini dong? Mmmm, kalo gitu, mungkinkah Si Neo stres? Sepertinya juga nggak sih. Stres tuh kalo didefinisiin merupakan suatu keadaan yang mencemaskan atau mengkhawatirkan terhadap sesuatu, hingga mengakibatkan perubahan dalam komponen fisik dan mental. Dengan kata lain, stres adalah respon tubuh terhadap suatu keadaan, dengan maksud untuk melakukan perlindungan, supaya keseimbangan dapat dipertahankan dan tubuh dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Makanya, ketika kita berada dalam sebuah keadaan yang “mengancam” (contoh: lagi ikut ujian), apalagi kalo keadaan tersebut di luar batas kemampuan kita sebagai manusia (misal: bencana alam) – sikon ini disebut stresor-, nggak lama kita pasti akan bereaksi untuk mengatasi stresor tersebut. Proses ini dalam bahasa kerennya disebut dengan respon fight or flight. Lha? Terus, Si Neo kenapaaaa...? IT’S CALL DEPRESSIVE 1. yang bersangkutan akan bunuh diri, Yaaah, kira-kira seperti kasus ibu yang membunuh empat anaknya terus bunuh diri, beberapa waktu lalulah! Nah, yang Neo alami jelas nggak segitunya amat. Depresi Neo biasanya disebut depresi terselubung. Sebab, walau depresi, Neo masih bisa melakukan sebagian besar aktivitas regulernya. Seperti sekolah, mondar-mandir ke kelas-kelas, melakukan kenakalan-kenakalan kecil, dan cengar-cengir plus nyeletuk-nyeletuk jayus. Singkatnya, lebih dari enam puluh persen seolah nggak nggak ada yang berubah dari diri Neo! Pertanyaannya, kenapa Si Neo bisa terserang depresi? Rada susah tuh ngejawabnya. Kalo menurut keterangan di buku Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders, edisi keempat, ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang kena depresi. Satu, karena pressure dari lingkungan/ budaya. Dua, pengaruh perubahan usia. Dan tiga, masalah gender. Tapi buat tau lebih jelas apa penyebabnya, Si Neo tentu harus menjalani serangkaian tes psikologi dulu. Yang jelas, apa pun penyebabnya, orang-orang yang mengalami depresi seperti Neo nggak boleh dibiarin aja. Musti cepet-cepet ditolong! Caranya? Pancing dia buat curhat, supaya terkorek semua “dalemannya”. Udah gitu, sering ajak dia melakukan aktivitas seru yang dia suka, biar di dalam kepalanya ada penilaian lain bahwa happy itu lebih asik ketimbang sedih! Sementara buat kita sendiri, kalo nggak mau ikut-ikutan terserang depresi cuma satu kuncinya: positive thinking. Hidup itu susah? Emang. Berat rasanya menghadapi pressure dari mana-mana? Emang. Tapi, kalo semua yang negatif musti dipikirin berlarut-larut, males banget kaliiii.... |
0 komentar:
Posting Komentar